Memaknai Al Fatihah

UCAPKANLAH ‘Bismillahirrahmaanirrahim.’ Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah (lagi) Maha Penyayang. Kepemurahan dalam konteks ini adalah kepemurahan absolut.

Artinya, Allah Subhanahu wa ta’ala saja yang sungguh Maha Pemurah. Tak pernah bosan mendengar dan mengabulkan do’a manusia.

Dimensi ke-Pemurah-an Allah tak terukur dengan empirisma manusia. Karena Allah memberikan sedemikian banyak kepada manusia, berupa alam semesta yang merupakan pemberian luar biasa untuk dipergunakan dan dimanfaatkan bagi hidup kehidupan manusia. Dimensi itu mengandung makna dan ekspresi keberadaan-Nya sebagai Maha Penyayang. Karena Allah tak pernah sedikitpun abai terhadap seluruh makhluk-Nya.

Allah memberikan manusia kesempatan bernafas, menghirup udara, sebagaimana Allah memberikan manusia kesempatan untuk mengolah sumber daya alam dengan perkembangan kemajuan sains dan teknologinya. Karena itulah, tak ada pujian tertinggi yang pantas dan patut diberikan manusia, kecuali hanya untuk Allah semata. Allah yang menciptakan dan memelihara alam semesta beserta makhluk yang diciptakan-Nya.

Allah dalam kapasitasnya sebagai al Khaliq, memberikan begitu luas peluang kepada manusia untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat dan terbebas dari malapetaka. Hal itu sangat dimungkinkan, karena Allah SWT yang Maha Absolut, menentukan seluruh hal tentang kehidupan makhluk yang diciptakan-Nya, termasuk manusia. Oleh sebab itu, bagi manusia tunduk, patuh, dan menyerah (sekaligus menyembah dan memohon pertolongan) merupakan aksi mutlak.

Untuk itulah, mesti dipahami hakekat eksistensi Allah sebagai Penguasa Tunggal yang menentukan kehidupan manusia kini dan nanti, yang paling berhak menilai dan menentukan konsekuensi perbuatan manusia. Allah lah yang memberikan ‘performance appraisal’ tertinggi terhadap manusia, dan menghadapkan manusia pada seluruh amal kebajikannya, kelak di hari kemudian. Hari, ketika manusia beroleh balasan atas kebajikan dan keburukan, pahala dan dosanya.

Agar manusia selalu berada pada jalan yang benar dan lurus sesuai dengan kehendak Allah, maka Allah memberikan peluang dan ruang untuk memohon petunjuk. Khasnya agar kelak berada di jalan luruh yang telah diberikan-Nya kepada umat manusia yang telah diberi nikmat. Bukan jalan mereka yang dimurkai dan sesat.

Sebagai hamba, makhluk, tak ada alasan apapun bagi manusia untuk mengingkari absoluditas Allah. Oleh sebab itulah, bagi kita tak ada tuhan yang patut memperoleh hak untuk disembah, karena yang mempunyai hak itu hanya Allah SWT.

Dengan kesemua itulah kita menghidupkan kesadaran kita, setiap kali membaca al Fathihah, dalam keadaan apapun. Insya Allah kita termasuk mereka yang beroleh petunjuk mendapat jalan yang lurus. | j. mudhriq fadhillah

Posted in RELIGIO.