SENI sebagai salah satu poduk budaya, memberikan tawaran menarik dalam memahami dimensi kedalaman insaniah manusia. Sekurang-kurangnya menghaluskan budi, yang tertampak pada pekerti — polah tingkah. Seni juga menjadi titian bagi manusia untuk berinteraksi dengan sains, teknologi, dan astrologi, sekaligus memahami nilai dan norma kehidupan.
Sejumlah petikan pertunjukan seni dalam dokumentasi, ini menampakkan keragaman medium seni. | bang sem
1.

Salah satu adegan penuh pesan kehidupan yang disajikan para seniman teater dari Makassar, ketika menggelar I LA GALIGO ASEKKU di Taman Ismail Marzuki, persembahan Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin, beberapa tahun lalu. Naskah lakon dan penyutradaraan dilakukan Ilham Anwar, yang sekaligus menjadi pemeran. | foto semHaesy
2.

Dalam lakon teater yang diadaptasi dari warisan sastra dunia asal Bugis, I LA GALIGO ASEKKU, mengemuka pesan-pesan naratif kehidupan melalui dialog yang bernas dan pemeranan yang tangkas. Paduan seni peran, tari, musik, dan puisi yang menyatu dalam pertunjukan yang skenario dan penyutradaraan (juga pemeranan) dilakukan Ilham Anwar, tampil utuh. Supervisi skenario oleh Nirwan, tampak menjaga struktur pertunjukan, narasi, dan juga dialog. Jamal Gentayangan menggarap musik pergelaran yang berlangsung Mei 2016 ini. |
3.

Saya tiba-tiba rindu, ingin menyaksikan lagi I LA GALIGO ASEKKU yang diangkat dari Sureq I La Galigo, ini. Epik mitologi masyarakat Bugis, ini seperti tulis sastrawan Nirwan Ahmad Arsuka, merupakan bagian dari kemampuan kanonik (kumpulan naskah yang dikukuhkan sebagai “ukuran,” norma, pegangan yang berwibawa, sukma) bagi kehidupan komunitas yang memegangnya. | foto semHaesy
3.

“Ruh” I La Galigo yang bercerita tentang peristiwa protohistorik Luwu – Sulawesi Selatan, lebih banyak dihantar melalui ungkap lirih pemimpin Bissu. Kala itu saya merasa begitu kuat proses atribusi yang bertolak dari penguasaan individu (secara artistik dan estetik) dari pengalaman fenomenal masyarakat Luwu. Khasnya dalam menghadirkan kisah Patotoqe, sang dewata, menentukan takdir menurunkan Batara Guru sebagai wakil ‘orang dunia atas’ untuk bersinggungan dengan ‘orang dunia di tengah’ dan ‘orang dunia di bawah.’ | foto semhaesy
BACA JUGA : I LA GALIGO ASEKKU LEBIH TERASA BUGIS