“Rimbe Bedaya Kanoman” dan “Rumah Kedai Jalan Seladang”

Meski zaman berubah dan budaya pop bergerak sangat cepat mengikuti perkembangan teknologi informasi, generasi baru yang kerap disebut generasi milenial, tak canggung untuk menggauli karya seni tradisi dan terbilang klasik atau seni murni. Gadis-gadis Kraton Kanoman Cirebon, misalnya tak merasa asing untuk berlatih dan menyajikan tari Rimbe Bedaya, salah satu karya seni tari klasik yang memerlukan energi dan daya tertenu untuk menarikannya, sehingga terasa sakral. Di Malaysia, generasi millenial, mahasiswa jurusan teater di Akademi Seni dan Warisan Negara (ASWARA) – Kuala Lumpur, juga sangat serius menekuni studi mereka. Termasuk menggarap drama realis bertajuk Rumah Kedai Jalan Seladang, karya Tan Sri Johan Jaaffar yang diubahsuai dari cerita pendek sastrawan negara A. Samad Said. Drama yang bercerita kehidupan jurnalis, masyarakat awam, dan para penghibur era penjajahan Jepun dengan aetting Singapura — ketika masih menjadi bagian dari Malaya, ini ppunya daya tersendiri. | nsch

Salah seorang belia penari Rimbe Bedaya Kraton Kanoman – Cirebon | foto bang sem
Rombe Bedaya salah satu karya tari hasil kreasi Sultan Kanoman – Cirebon | foto bang sem
Suasana sakral ketika tari Rimbe Bedaya disajikan di Kraton Kanoman | bang sem
Salah satu adegan teater mahasiswa ASWARA – Kuala Lumpur, “Rumah Kedai Jalan Seladang.” | foto bang sem
Salah satu adegan dalam teater “Rumah Kedai Jalan Seladang” pada ujian penciptaan karya mahasiswa ASWARA | foto bang sem
Lewat Rumah Kedai Jalang Seladang dengan setting Singapura era pendudukan Jepun, para mahasiswa ASWARA berhasil menghadirkan potret kecil tentang kaum Machiavelian dalam pergerakan perjuangan rakyat Malaysia | foto bang sem
Posted in IMAGIA.