Pemata Hati
(kepada Dokter Dedi)
pagi merayap di Jum’at bekah
kutemukan senyum dan sapa ramah di sini
permata hati berkilau cahaya keikhlasan
memilin simpati, empati, apresiasi, dan respek
dalam cinta insani
rasa kemanusiaan terasa hingga ke sukma
tertulis di bibir paramedis
tersimpan dalam kata para dokter
ini bukan rumah sakit
ini rumah sehat
di sini kutemukan hakikat
makna kata hospital
selesa. kenyamanan menitipkan asa
kutemukan permata hati
di ramah insan yang merayap
ke ruang-ruang harum herbalia
semerbak wangi sukma insan terjaga
di rumah sehat ini
kutemukan kemanusiaan avisena
simpul harmoni ilmu, religi dan budaya
yang tersimpan di lembar sejarah
kutemukan jejak hipokrates
yang memisah cara ilmu dan takhayul
yang terekam dalam sejarah ilmu kedokteran
di sini kurasakan
cageur, bageur, pinter dan singer menyatu
jelma jadi kalimah:
“melayani itu mulia.”
pagi merayap di Jum’at berkah
kubawa pulang permata hati
aku merasa lega di antara telempap ruang
aku merasa selesa
terbebas dari kepungan was was semasa
Cikupa, Oktober 2021

ilustrasi foto khas
Majelis Khawjakan
malam temaram di atas mukim langga
muar bercahaya suarnya johor
teerbayang hikayat syaikh fadhil abu bakar al bantani
datang dari Banten berbekal
thariqah qadariyah dan naqsabandiyah
menebar ilmu kehidupan dan kebajikan
majeis khawjakan ramai dikunjungi orang
ribuan langkah kaki melanglang tanah johor
melantun wirid siang dan malam
hingga menggapai darajah mufti johor
darajah ilmu jalan kebenaran
muru’ah insan berilmu kian tersohor
kian tinggi darajah kian menjulang muru’ah
kian tawaddu’ sebagai insan
majelis khawjakan tempat menimba ilmu
dalam asuhan syaikh fadhil abu bakar al bantani
bertakzim kepada sultan. berkhidmat kepada rakyat
mengaliran akhlaq karimah. pusaka bangsa johor
majelis khawjakan muara tempat para sufi bertemu
sebelum arungi semesta ilmu hakiki
Muar – Johor, 2012

ilustrasdi dari foto nusantararmoi
Senja di Alun Alun Barat Serang
aku berdiri di pusat alun-alun barat serang
sebelum senja berakhir
angin utara membelai wajah
seketika pandangku nanar
tiga sosok insan melangkah dari arah yang berbeda
kukenali wajah mereka
dari depan melangkah sesosok bayang
haji embay mulya syarief dengan mata tajam segak berwibawa
maka terbayanglah lelaki itu
memimpin barisan massa rakyat Banten
pada 10 november 1998
di depan gedung parlemen, senayan
menegaskan makna:
rakyat Banten tak pernah lelah merawat bangsa
dari arah yang lain
lelaki dengan pesona persona bijak
pembawa cahaya dari menes
kyai haji irsyad djuwaeli mengubah cita jadi langkah nyata
ayunan langkah menegak banten mandiri..
dari arah yang berlawanan seorang lelaki melangkah
dengan ayunan pasti
haji uwes qorny namanya
terbayang di pertengahan tahun 1999
ia memimpin rapat akbar di tempatku berdiri kini
memekikkan deklarasi rakyat banten
aku tertegun dalam kagum tak hilang
ketika mereka menuliskan sejarah
menghimpun 30 tokoh banten
membubuh tanda-tangan mereka
menyambut tiba banten mandiri
pikiranku nerawang jauh ke ruang-ruang sidang
dewan pewakilan rakyat republik indonesia
eky syachrudin tak henti-henti
memantik para wakil rakyat ambil hak inisiatif
hingga banten, sah jadi provinsi otonom
terbebas dari keterabaian dan keterpinggiran
sudahkah yang dipejuangkan dulu
mewujud nyata?
jangan nodai perjuangan mereka
jangan reduksi cita-cita rakyat
menegakkan keadilan, memberangus korupsi
untuk kemakmuran rakyat
yang teramat lama diimpikan
Serang, 17 Oktober 2019

ilustrasi dari foto khas | tangerangekspres
Tiga Raksa
tiga raksa memayungi tanah perjuangan ini
tiga amanah berpilih satu
keadilan. kemakmuran. kemanusiaan.
di bawah tiga penghulu utusan sultan di masa lalu.
menjaga wilayah pertahanan.
benteng keperkasaan. menghadang penjajahan.
tiga raksa pagar balaraja
kasuran para perwira.
kadiran para satria.
kuwanen para pemberani
pelindung tanah tumpah darah
benteng pertama menjaga lemah duhur
tempat kesuburan tanah dititipkan Tuhan
tempat lada, kelapa dan padi jadi andalan utama
benteng lemah lengkob
mengalirkan siasat di aliran Cisadane,
Cimanceuri dan Cidurian
benteng lemah padataran pelindung rakyat
bermukim dan mengolah ikhtiar
tiga raksa isyarat garuda mupuk
gerbang persada di barat Jawa
melindungi kawikuan dan perdikan
garis pertahanan sepanjang pantai
tiga raksa bentang benteng kemuliaan
tempat orang-orang mulia
mengasah jiwa raga
berselempang tauhid, ilmu dan kecerdasan siyasah
tempat jejak perjuangan tak bisa dihapuskan
sejak Syeikh Yusuf dari tanah Gowa
menanamkan benih keberanian
mengajarkan kefasihan supaya lidah tak jadi sembilu
mengajarkan kebajikan inti musyawarah
mengajarkan keperkasaan berpadan cinta inti mufakat
maka pertahankan tanah ini bagi kemakmuran rakyat
inilah tangara, isyarat dan tanda zaman
benteng kokoh tempat pergerakan perubahan
tempat semangat kejayaan dipekikkan
semangkat berpangkal kecerdasan,
ketangkasan dan keteguhan
jangan pernah serahkan lagi tanah ini kepada entah siapa
jangan pernah jual lagi muru’ah kepada penjajah baru
maka jagalah keseimbangan
nalar, nurani dan rasa !
Tangerang, 26 November 2010

Ilustrasi dari foto pikiran rakyat network
Berteriaklah, Nok !
kupanggil kamu enok
perempuan cendekia lagi berani
perempuan molek bertabur komara
kusuka teriakanmu
teriakan perempuan pemberani
berteriaklah, Nok !
jangan pernah sungkan
seringkali kita harus berteriak lantang
menegaskan keyakinan
tentang kebenaran
berteriaklah, Nok !
bangunkan kesadaran
jiwa-jiwa orang yang malas
agar paham bagaimana cara melayani
berteriaklah, Nok !
seringkali jiwa insan cita
mesti diteriakkan
kala memikul berat beban amanah
jadi ibadah
berteriaklah, Nok !
jangan pernah ragu
ketika teriakan membawa kemaslahatan
menggesa kepura-puraan
menerbangkan kelicikan
berteriaklah, Nok !
ketika teriakanmu
mempercepat segala ikhtiar
membalik kemiskinan
berteriaklah, Nok !
melengkapi senyum dan sapamu sebagai ibu
menyempurnakan hakikat nasihat leluhur
pageuh keupeul lega awur
teuas peureup lemes usap
berteriaklah, Nok!
bangunkan kesadaran sesama
kita sudah berada
di tepian jaman baru
Rangkasbitung, Oktober 2018