Konser Orkestra Simfoni Teheran untuk Para Martir

Pergelaran untuk menghormati para martir Iran, itu juga diniatkan sebagai menganggit ghirah dan gairah patriotisma, meningkatkan solidaritas nasional setelah perang dengan agresi yang dipaksakan selama 12 hari.

Jeahan

Azadi Square atau plaza Kemerdekaan penanda (sekaligus situs) lanskap kota Teheran, ibu kota Iran, Rabu (25/6/25) tak seperti biasanya. Ada yang istimewa pada hari itu. Orkestra Simfoni Teheran menyajikan pergelaran udara terbuka, gratis.

Para musisi berhimpun unjuk karya, mengekspresikan simpati dan empati mereka untuk warga Iran, termasuk anak-anak, yang menjadi martir dalam serangan militer Israel dan Amerika Serikat yang memicu dan memacu perang 12 hari yang mengguncang dunia.

Perang 12 hari mengguncang dunia, karena Iran berhasil menunjukkan kepada dunia, bahwa sistem pertahanan zionis Israel ‘iron dome’ tak hebat-hebat amat. Rudal misil Iran berhasil melantakkan Tel Aviv dan beberapa kota lain. Membuat Perdana Menteri zionis Israel Benjamin Netanjahu — yang sudah dinyatakan sebagai penjahat perang oleh Mahkamah Internasional di Den Haag — keder dan merengek kepada Donald Trump untuk menyerang Iran.

Donald Trump memenuhi dengan melanggar konstitusi AS, dengan menugaskan pasukan menyerang tiga situs pengayaan uranium Iran: Isfahan, Natanz, dan Fordow.

Pergelaran untuk menghormati para martir Iran, itu juga diniatkan sebagai menganggit ghirah dan gairah patriotisma, meningkatkan solidaritas nasional setelah perang dengan agresi yang dipaksakan selama 12 hari.

Kantor berita Iran, Tasnim konser tersebut merupakan bagian dari respon untuk mengobarkan terus spirit perjuangan, perlawanan, kemerdekaan, dan kedaulatan Iran.

Maestro musik Iran, Nasir Heidarian memimpin langsung sebagai konduktor pergelaran yang memikat itu | foto Erfan Kouchari – Tasnim dan Print

Kesadaran Patriotik

Konser tersebut, juga dipandang sebagai bagian dari kampanye terbuka solidaritas perjuangan “Untuk Iran.” Sekaligus iuntuk memupuk kesadaran bela negara, memupuk persatuan dan penguatan ketahanan nasional Iran.

Orkestra yang dipimpin oleh maestro Nasir Heidarian itu menyajikan beberapa lagu, termasuk Tomorrow of the Homeland, Pavane, Annen Polka, dan lagu terkenal Iran Ey Iran, karena sempat menjadi ‘lagu kebangsaan’ dalam tiga stanza.

Lagu Ey Iran digubah tahun 1944 di Teheran. Musiknya digubah oleh Rohullah Khaleqi, sedang liriknya ditulis oleh Hossein Gol-e-Golab. Lagu ini pertama kali dinyanyikan oleh penyanyi musik klasik Iran, Gholam-Hossein Banan.

Pada suatu catatan atas lagu ini, Hossein Gol-e-Golab mengemukakan yang menggerakkannya menulis lirik lagu ini adalah kesadaran patriotik, cinta tanah air. Pada tahun 1944 jejak langkah pasukan penjajah di jalan-jalan cukup mengguncang setiap patriot untuk merebut kemerdekaan.

Kala itu, Iran masih berada di bawah pendudukan United Kingdom dan Uni Sovyet sejak 1941 sebagai akibat dari terjadinya Perang Dunia II.

Para musisi yang tergabung dalam Tehran Shimpony Orchestra antusias mendukung pergelaran ini | foto Erfan Kouchari – Tasnim

Cahaya Independensi

Walaupun tidak pernah dijajah secara resmi, tetapi UK dan Uni Sovyet kala itu, melakukan agresi atas situs-situs dan lokasi-lokasi strategik Iran dipandang sebagai sumber penting untuk menguasai kawasan Timur Tengah.

Dari situasi semacam itulah jiwa patriotik Hossein Gol e-Golab bergelora dan menginspirasi lahirnya lirik puitik meletakkan daya cinta kepada tanah air sebagai pesan kebangsaan yang menukik ke logika, nurani dan rasa rakyat Iran.

Diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia, lirik Ey Iran, bermakna seperti ini:

O Iran / O perbatasan penuh permata / O tanah, sumber seni / Jauh darimu, jadi pikiran di tubuhku,/ Tetaplah abadi, //

O musuh, kau adalah duriku, besiku / Jiwaku dikorbankan untuk tanah murni,/  tanah airku / Cinta kepadamu, menjadi tugasku/ Pikiranku tidak jauh darimu / Di jalanmu, kehidupan kita berharga / Semoga tanah Iran kita lestari //

O Iran / O surgaku / Cerahkan takdirku // Jika api jatuh di tubuhku / Aku tidak akan menumbuhkan apa pun / kecuali cinta di hatiku / Diriku tercipta dari air, tanah, dan cintamu/ Jika cinta padam, hatiku akan kosong / Mencintaimu telah menjadi tugasku /Pikiranku tidak jauh darimu / Di jalanmu, kehidupan kita berharga / Semoga tanah Iran kita lestari //

Syair lirik lagu ini menjadi ‘bernyawa’ dan memengaruhi semayamnya rasa cinta tanah air, setelah Profesor Rohullah Kaleqi menulis musiknya yang memancarkan ‘cahaya independensi,’ Jiwa independensi cinta patria inilah yang  membuat lagu ini berhasil merasuki hati dan jiwa rakyat Iran pada masanya. | jeahan

 

Sumber : Tasnim dan berbagai sumber

 

Posted in LITERA.