Reposisi Pantun via BUMN

Bang Sém

Melihat keseluruhan performa peserta lomba yang digelar Balai Pustaka ini, saya melihat kemampuan kaum millenial BUMN dan kalangan masyarakat, menggerakkan proses kreatifnya dalam mengartikulasi semangat reposisi pantun dalam konteks transformasi peradaban. Khasnya, dalam menghidupkan kembali kesadaran menggelorakan akhlak, pekerti, dan fatsoen dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Kamis petang, 11 Juni 2021, di ruang pertemuan lantai 21 gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat,saya menghadiri acara penyerahan piala dan hadiah, penghargaan bagi pemenang Lomba Berbalas Pantun Nasional I.

Lomba itu diselenggarakan Balai Pustaka, salah satu BUMN, yang sedang menggeliat bangkit, dipimpin Achmad Fachrodji, rimbawan lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang gemar berpantun.   Diikuti 1085 peserta dari kalangan millenial BUMN (297) dan masyarakat umum (788), dari seluruh Indonesia, lomba ini memperebutkan Piala Menteri BUMN.

Dewi Yull (penyanyi, aktris, produser sinetron), Rendra Setiadiharja (akademisi dan praktisi seni pantun – pemecah rekor MURI Berbalas Pantun Terlama tanpa henti di Taman Ismail Marzuki 2008), dan saya, diberi didapuk menjadi juri utama  lomba itu, dengan Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang gemar berpantu menjadi juri kehormatan.

Saya pecah konsentrasi, ketika terjadi perubahan waktu acara, sehingga berbenturan dengan ‘Ngaji Budaya’ secara virtual tentang Nilai Budaya dan Etos Kerja yang digelar Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB). Saya ‘agak tenang’ karena sebelumnya sudah menyiapkan paparan secara videotik untuk LKB, sehingga bisa mengikuti kegiatan itu, setelah acara di Kementerian BUMN usai.

Banyak hal menarik yang saya jumpai selama proses penjurian yang menggunakan media audio visual, itu. Peserta yang masuk final, relatif beragam dalam menafsir dan menerjemahkan esensi pantun dalam format audio visual, yang belakangan masuk dalam kategori ‘media baru’ dalam rumpun seni pertunjukan.

Yang paling menonjol dari sebagian terbesar peserta finalis adalah kemampuan mereka meramu media dan ragam anasir seni pertunjukan (tari, silat, musik, film – termasuk animasi, dan seni rupa) untuk menguatkan pantun dengan pesan tematik yang disyaratkan panitia.

Tim Sinergi Pekanbaru – PLN | dok. balaipustaka

Usai proses penjurian, saya teringat komunikasi saya dengan Tan Sri Johan Jaaffar (Wartawan Negara, kolomnis, penulis lakon drama, aktor teater, juga eksekutif profesional media arus utama Malaysia, yang sempat memimpin Utusan Melayu, Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, serta Pemimpin Utama kelompok bisnis Media Prima), pada Senin ( 1 Maret 2021).

Malam itu, sejumlah kalangan akademik, para guru besar berbagai lembaga pendidikan tinggi Malaysia, termasuk Tan Sri Johan Jaaffar (JJ), dalam suatu zoom meeting mengenang 100 hari wafatnya Profesor Ulung – Negara Malaysia, Ungku Abdul Aziz Ungku Abdul Hamid, yang wafat 15 Desember 2020 di Prince Court Hospital, Kuala Lumpur, Malaysia, dalam usia 98 tahun. Allahyarham lahir di London, Inggris, 18 Januari 1922.

Malam itu, saya komunikasi via Whatsapp (WA) dengan Tan Sri JJ, sambil mengirim cover buku ‘Siri Sarahan Raja Ali Haji, Pantun dan Kebijaksanaan Akal Budi Melayu,’ berisi rangkaian materi kuliah allahyarham Ungku di Universiti Malaya, yang  dibukukan dan diterbitkan tahun 2011. JJ beroleh peluang menulis eksordium buku itu.

Allahyarham Ungku adalah ekonom, pemikir, dan guru besar hebat yang pikiran-pikirannya banyak mempengaruhi kebijakan ekonomi Malaysia. Allahyarham penerima Merdeka Award, ini suami budayawan Melayu – Malaysia, Sharifah Azah Mohammad Assagof,  ayah kandung Tan Sri Dr. Zeti Akhtar Aziz – Gubernur (ke 7: 2000 – 2006) Bank Negara Malayia, bank sentral Malaysia.

Dalam catatan JJ, allahyarham Ungku, dengan susah payah mengumpulkan, mendokumentasikan dan mempelajari sekitar 16.000 selama bertahun-tahun. Kemudian memilih 78 pantun untuk dimasukkan dalam kuliah menarik yang diselenggarakan Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) dan Asosiasi Linguistik Malaysia pada tahun 2007 sebagai bagian dari rangkaian Kuliah Raja Ali Haji.

Allahyarham yang bertahun-tahun terpikat dan terobsesi dengan haiku – Jepang, menurut JJ, pada satu titik dan cinta terakhirnya adalah pantun Melayu, yang sudah eksis 700 tahun sebagai bagian dari tradisi Melayu.

Tim Karsa Telkom | dok. balaipustaka

Dari keseriusan dan ketekunan allahyarham Ungku — yang menjadikan kata ‘minda’ (pikiran) dalam leksikon Melayu, JJ menyatakan, pantun merupakan wahana paling populer untuk ekspresi perasaan puitis di kalangan orang Melayu. Pantun selalu menjadi manifestasi dsri kejeniusan kreativitas Melayu dan gudang pikiran Melayu. Tak ada karya sastra Melayu lain yang menjelaskan pikiran Melayu lebih baik daripada pantun.

JJ menulis, pantun sederhana dalam bentuk, tetapi kompleks dalam tekstur dan nuansanya. Pantun berisi imaji yang indah dan kehalusan pikiran. Itu adalah bagian dari alasan mengapa ia bertahan dalam ujian waktu. Bahkan, pantun-pantun dibacakan pada upacara pernikahan dan acara resmi, belum lagi di siaran radio dengan sedikit provokasi.

Pantun mudah beradaptasi dan memungkinkan improvisasi.  Pada masanya, menurut JJ, sebelum dikenal teknologi televisi dan transistor, pantun lah yang menjadi pilihan sebagai media, saluran, sekaligus platform orang Melayu untuk mengungkapkan pikiran, naluri, dan perasaannya.

Allahyarham Ungku yang merupakan orang Melayu pertama menjabat Wakil Rektor Universiti Malaya, orang pertama yang memimpin Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, sekaligus penganjur Tabung Haji Malaysia, juga pionir dalam kajian multi disiplin kelimuan (dari ekonomi sampai psikologi) atas pantun.

Kajian Pantun sebagai medium ekspresi pemikiran Melayu melekat dalam keseluruhan proses transformasi kebangsaan Melayu di jiran Malaysia. Salah seorang yang melanjutkan ikhtiar serius Allahyarham Ungku di Malaysia adalah Tan Sri Datuk Seri Utama Dr. Rais Yatim (kini Yang Dipertua Dewan Negara Malaysia). Ia menghadirkan pantun sebagai medium diplomasi, ketika menjabat Menteri Luar Negeri.

Lantas menghadirkan pantun sebagai medium diseminasi dan sosialisasi transformasi kebangsaan, ketika menjabat Menteri Penerangan – Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia. Termasuk melanjutkan perjuangan allahyarham Ungku menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa utama dalam kehidupan bernegara (sosial, politik, ekonomi, dan budaya).

Tan Sri Johan Jaaffar (kiri) – Allahyarham Prof. Dr. Ungku Abdul Aziz Ungku Abdul Hamid

Sejak 2007, bahkan mencetuskan bahasa Melayu (Indonesia – Malaysia) sebagai bahasa resmi utama dalam forum ASEAN, yang kemudian diikuti oleh Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong.

Menurut JJ, dalam konteks transformasi kebangsaan, menarik untuk dicatat, bahwa pantun lahir dari sebagian besar penduduk Melayu tua yang tidak berpendidikan.

Hidup itu keras dan kelangsungan hidup adalah aturannya. Jauh dari berkembangnya kecemerlangan sastra dan kecanggihan teater yang dipelihara oleh istana, manusia yang ‘lebih rendah’ harus bersaing dengan sastra rakyat mereka sendiri, dari cerita pantun, talibun, gurindam, umpasa, karmina, peribahasa, mantra, dan lainnya.

Sebelum adanya radio dan TV, orang hidup dengan segala macam tukang cerita dan penglipur lara. Bahkan nenek dan kakek terlibat dalam menceritakan kisah-kisah moral yang patut diteladani. Karya sastra, termasuk pantun, menjadi medium komunikasi yang menghaluskan budi, menghibur dan sekaligus digunakan sebagai alat untuk mendidik. Pantun, menegaskan kembali norma-norma sosial dan kepatuhan masyarakat. Andalan utamanya, kreativitas.

Pentingnya Reposisi Pantun

Melalui sidang  ‘Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage’ di Kantor Pusat UNESCO (United Nation Education, Scientific, and Cultural Organization),  Paris – Prancis, pantun dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda  dari Indonesia.

Tuah Pujangga – Pekanbaru, Riau | dok. balaipustaka

Palu sidang di tangan Ketua Komite ke 15 – Olivia Grange – Menteri Pemuda, Olah Raga dan Kebudayaan Jamaika diketukkan, disaksikan Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay, pada sidang pleno secara hybrid, pada Kamis, 17 Desember 2020, di Paris – Prancis, melalui ketukan

Sebelumnya Malaysia melalui Menteri Pelancongan, Kebudayaan dan Warisan Negara, Nancy Shukri menyatakan persetujuan. Malaysia bersama Indonesia mengajukan klaim bersama atas pantun. Surya Rosa Saputra – Perwakilan Republik Indonesia untuk UNESCO, kemudian menyampaikan pidato penerimaan.

Surya menyatakan, ketika itu, pantun kaya nilai yang menjadi panduan moral. Sekaligus, sebagai sarana komunikasi (sosial dan budaya) masyarakat dan berlaku di dalam kehidupan tradisi di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan masyarakat Melayu di Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Indonesia dan Malaysia sama sepakat menyatakan zona wilayah budaya Melayu Riau (termasuk Kepulauan Riau) adalah tanah kelahiran pantun Melayu dengan segala keragamannya yang sangat luas di wilayah negara – bangsa Indonesia.

Ada ekspresi suam-suam suku sukacita Indonesia. Balai Pustaka yang di masa lampau sebagai barometer sastra Melayu secara khas dan sastra Indonesia pada umumnya, sigap merespon. Lomba Berbalas Pantun Nasional 2021 yang digelar Balai Pustaka dan dukungan penuh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan berbagai BUMN lainnya, mengawali proses reposisi pantun di tengah proses anomali perubahan zaman.

Sanggar Selembayung SMAN 4 Tanjungpinang | dok. balaipustaka

Momentum ini strategis dan semestinya beroleh respon kongkret untuk memperkuat ketahanan budaya, termasuk dalam melakukan reposisi dan reaktualisasi kearifan – kecerdasa budaya. Dalam konteks korporasi, bahkan merupakan pintu masuk dalam melakukan pemikiran ulang — termasuk transformasi minda — tentang program kemitraan dan bina lingkungan BUMN dari tanggungjawab sosial korporat menjadi tanggungjawab kultural dan komunitas (corporate community and cultural responsibility).

Melihat keseluruhan performa peserta lomba yang digelar Balai Pustaka ini, saya melihat kemampuan kaum millenial BUMN dan kalangan masyarakat, menggerakkan proses kreatifnya dalam mengartikulasi semangat reposisi pantun dalam konteks transformasi peradaban. Khasnya, dalam menghidupkan kembali kesadaran menggelorakan akhlak, pekerti, dan fatsoen dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Di tengah anomali perubahan nilai budaya yang kian kering, terkontaminasi oleh produk negatif singularitas yang mudah menyeret khalayak ke dalam situasi kegamangan, ketidakpastian, keribetan, dan kemenduaan, reposisi pantun menjadi penting.

Tak hanya dalam konteks kembali ke garis azimuth ke-Indonesia-an,  yang dihidupkan oleh tradisi toleransi, untuk menempatkan demokrasi sebagai cara mencapai harmoni kebangsaan. Melainkan, lebih jauh dari itu, yakni pengamalan Pancasila sebagai nilai dan ideologi inti Indonesia.

Reposisi pantun via BUMN, boleh diharap akan menjadi titik berangkat untuk menghidupkan kembali spirit literasi secara dimensional. Tak lagi hanya dibatasi dengan literasi tekstual dan literasi audio visual – digital, tetapi literasi kultural dalam konteks lebih luas.

Performa seluruh peserta lomba ini, memberi gambaran jelas, bagaimana kemasan pantun transformasional mampu mencapai kefasihan artistik – estetik dan etik secara integral. Dalam satu tarikan nafas, mendekatkan jarak budaya yang dipisahkan oleh kegaduhan (dipicu oleh informasi wadul – hoax, ujaran kebencian, penistaan, dan sejenisnya.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara | dok.balaipustaka

Performa itu juga membuka mata, bagaimana pantun sebagai seni tradisi yang melakukan transformasi sekaligus konvergensi gradual ke seni pertunjukan, memantik nilai keekonomian. Setiap performa peserta memberi gambaran terbukanya koneksi industrial yang mampu menguatkan daya tahan industrial. Paling tidak dalam skala menengah.

Proses dan capaian kreatif mereka membuka ‘kotak pandora’ hubungan lintas produk budaya, dengan industri kreatif (fashion, musik, media baru, dan berbagai kreativitas terkait dengan komunikasi bisnis).

Dalam konteks aksi korporasi, membuka ruang terbuka bagi inisiatif baru investasi komunikasi. Paling tidak, Lomba Berbalas Pantun Nasional – Balai Pustaka 2021, menyadarkan kita untuk tidak melihat realitas di tengah krisis dan resesi ‘dari lubang kunci.’

Kefasihan kreatif dapat melihat tantangan dengan membuka peluang, mengulik berbagai kelemahan (kecenderungan hanya melihat sesuatu pada angka-angka, numerik), untuk mendapatkan formula kearifan: di balik kesulitan selalu ada inspirasi !

Performa peserta, yang diwakili para pemenang, memberikan ragam peluang melihat keunggulan yang kita punya: nilai optimisme, hidup gembira, harmoni nalar – naluri – rasa, kreativitas, kemuliaan melayani, dan cara menghadapi masalah (tercermin dari seluruh pemenang pada kategori Millenial BUMN); kekariban, keramahan, kesantunan, kejenakaan, dan gairah hidup (tercermin dari seluruh pemenang kategori Umum).

warisan ibu jangan dilelang

jangan pula takut dicuri

berbalas pantun singkap peluang

kembangkan budaya energi negeri |

 

Posted in ARTESTA.