Ramadan
waktu
mengantarku
berkunjung lagi
ke beranda rumahMu
tuk memenuhi
hakMu
shaum
di bulan
Ramadan
biarlah sukma
membayar
kangen
di raga yang dahaga
pada dria yang lapar
dalam kepung tantangan
di garba ujian
syukurku tiada berhingga
Kau hantarkan aku
lewat waktu
menemui
masa
penyegaran
Ramadan karim
masa memberikan hakmu
‘tuk dipatuhi
syukurku
kepadamu
Ooo Allah
(PaDu, 12.04.21)
Bisik
Nak..
jangan pernah berharap
kepada siapapun
kecuali Dia..
Penciptamu
Pemeliharamu
hanya Dia
selalu nyaman
menemanimu
hanya Dia
selalu tak lengah
menjagamu
selalu tak bosan
mendengar keluhmu
memberi nilai atas peluhmu
selalu paham
gelora fikirmu
selalu mengingat dzikirmu
selalu mendengar asamu
selalu menembus diammu
hanya Dia
selalu ada dalam senyapmu
di tengah gegap dunia
selalu ada dalam heningmu
di tengah gaduh dunia
selalu ada dalam ramaimu
di tengah kelam malam semesta
cukuplah hanya Dia
mitra hidupmu
sampai Dia menentukan kehendak-Nya
(PaDu, 01.04.21)
Ghayar
petaka itu akan datang lagi
tak sesuatu bisa menahannya
karena manusia terus mengudangnya
petaka itu akan datang lagi
melantakkan kepongahan di bumi-Nya
karena manusia memanggilnya
petaka itu lebih dahsyat menghancurkan
bukan karena Dia hendak menghancurkan
melainkan karena manusia menghancurkan
kehidupannya sendiri
(PaDu, 30.03.21)
Zombie
kulihat zombie di mana-mana
enggan mengakui diri bukan sesiapa
teramat kecil dari nanomonster
virus pengubah peradaban
para zombie tak pandai memahami
meski isyarat telah nyata
berjuta insan tiada daya
tergeletak
terkapar
terkurung was was
terhanyut takut
terbungkam gumam
pelitup menghalang
batas jarak melintang
di mana insan?
ah..
kulihat zombie di mana-mana
dungu kala merasa pandai
pandir ketika merasa cerdas
lajak ketika merasa bijak
kasip kala merasa arief
lemah kala merasa gagah
(PaDu, 31.03.21)
Sajadah Kecil
sajadah kecil ini. sajadah keikhlasanku
peletak kening. pelepas sesal
serban putih. sarung putih
selalu mengiring. menantang hidup
saat berpusing
sajadah kecil. serban putih. sarung putih
sahabat setia
di kala hening. teman setia
ke mana pergi. selalu kubawa
ke mana pergi. pengingat diri
mesti melangkah. memikul amanah
di mana saja
(Jember, 2004)
Ode Tanah Air
Ya Rabb
Umat bertikai tak henti henti
Damai dinanti tak kunjung tiba
Ya Ilahi
Ampuni seluruh penduduk negeri
Mohon dengan sangat
Selamatkan segera bahtera merdeka
Tanah Air hamba rindukan damai
Umat lelah terpanggang ngeri
Tanah Air hamba murung sendiri
Indonesia Raya sumbang iramanya
Ya Rabb
Umat lelah berkalang ngeri
Digoncang petaka tak usai sudah
Mohon dengan sangat
Selamatkan rakyat
sudah sekarat
Tanah Air hamba
rindukan damai
Ummat berharap
siang dan malam
Tanah Air hamba
sudah sengsara
Ya Rabb
Sungai-sungai tanah negeri kami
sudah berubah warna
Merah darah mengalir
entah ke mana
Anyirnya mengepung kami
Ya Rabb
Bencana tak usai sudah
Ganti berganti kunjungi kami
Bila dosa telah mendedah, tolong ma’afkan kami
Dalam melarat rakyat berharap
Semua bergantung ampunanMu jua
(Gedung Merdeka – Bandung – 2003)
Siapa Lagi ?
Tak ulama mesti berkuasa.. Bila tak hendak bangsa binasa
Tak cendekiawan mesti menawan. Bila tak hendak umat tertawan.
Tuhan telah gariskan. Siapa patut pimpin negara.
Siapa mesti urus agama. Serahkan urusan pada ahlinya.
Bila tak hendak bangsa binasa
Kembalilah ke jalan yang benar. Kacau bangsa salah diurus.
Hancur bangsa siapa mau ?
Menangis negeri siapa dengar. Merintih rakyat siapa peduli
Kalau politisi sudah korupsi. Kalau ulama’ berebut kursi.
Siapa lagi ‘kan mengawasi ?
Kalau cendekiawan tak lagi cerdas. Siapa lagi ‘kan akan menderas ?
Bila uang sudah kuasa.Kelak beruang ‘kan berkuasa
Hancur bangsa salah siapa ?
(Surabaya, 2004)