Akhiri Genosida Kemanusiaan dan Genosida Ekonomi di Palestina

Dialog Pers Francesca di Bogota – Kolumbia (1)

Perempuan cerdas berambut tergerai ini, lantas mengatakan, “Jadi inilah mengapa sanksi harus dijatuhkan kepada zionis Israel. Dan tentu saja harus ada juga tindakan individual yang diambil terhadap para pemimpin zionis Israel yang paling ekstrem atau lainnya yang menunggu pertanggungjawaban, karena para pemimpin zionis Israel dan lainnya yang telah melakukan kejahatan. Perlu diadili di tingkat nasional.”

SEPERTI biasanya, Francesca Albanese tampil sederhana. Make up tipis dan sederhana di beberapa bagian wajahnya dan kuku berawarna. Aksesoris kalung berwarna merah yang sering dikenakan, menggantung di lehernya, terlihat melingkar di dadanya. Matanya, seperti biasa, tajam.

Pesona persona Pelapor Khas Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk urusan Palestina memang bukan di busana dan aksesorisnya, atau rambut yang lebih sering dirapikan dengan jemarinya. Gagasan, pendapat kritis dan berani dan ketangkasan yang mencerminkan kecerdasan, itulah yang membuatnya menarik perhatian.

Pandangannya tentang Amerika Serikat (AS) dan 60 korporat berskala global yang mendukung zionis Israel melakukan kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan, dan kejahatan peradaban, membuat Presiden AS Donald Trump ‘naik darah’ dan memberinya sanksi keras.

Selasa (15/7/25) albenese terlihat di forum Konferensi Darurat yang dihadiri tak kurang 30 utusan di Bogota, Kolumbia. Kebanyak dari negara-negara Selatan. Ada juga dari Eropa. Pemerintah Kolumbia dan Afrika Selatan, inisiator konferensi darurat mengundangnya.

Sebelum masuk ke ruang sidang yang nampak sederhana dan menyampaikan pandangannya, terutama isu-isu utama hak asasi manusia di kawasan Palestina dan sekitarnya, ia terlebih dulu melayani dialog dengan wartawan tempatan, sebagaimana disiarkan beberapa media, khasnya MEE (Middle East Eye), Berita Amerika Latin, Berita Kolumbia dan jejaring media internal.

“Seperti yang Anda ketahui, saya di Bogota menghadiri konferensi tingkat menteri darurat kelompok HEG — maksudnya Kelompok Den Haag – Belanda, tempat Mahkamah Kejahatan Internasional bermarkas — yang membahas langkah-langkah praktis untuk mengakhiri genosida di Gaza,” sapanya, membuka komunikasi.

Pertemuan ini, kata Albenese berpotensi menjadi awal dari proses politik yang transformatif. “Sudah terlalu lama, hukum internasional diperlakukan sebagai pilihan, diterapkan secara selektif terhadap mereka yang dianggap lemah, dan diabaikan oleh mereka yang bertindak sebagai penguasa,” tegasnya.

Standar ganda ini telah mengikis fondasi tatanan huku. Dalam pandangannya, era itu harus berakhir. Hukum harus universal atau tidak akan berarti apa-apa. “Tak seorang pun mampu menerima pendekatan selektif ini,” tambahnya. Konferensi pekan ini dapat menjadi momen penting, sambungnya.

“Negara-negara — yang hadir — punya kesempatan untuk memecah kesunyian dan kembali ke jalur legalitas, dengan akhirnya menyatakan cukup!” tukasnya.  Cukup retorika kosong. Cukup impunitas. Cukup eksepsionalisme…. Tatanan hukum internasional berisiko runtuh di bawah beban kekejaman yang disaksikan selama 21 bulan terakhir.

Kondisi Gaza yang luluh lantak setelah digempur oleh zionis Israel | khas

Genosida dan Penghapusan Etnik

Albanese mengemukakan, permohonan surat perintah penangkapan oleh jaksa penuntut umum Mahkamah Kejahatan Internasional masih tertunda, sedangkan kampanye genosida di Gaza dan pembersihan etnis di seluruh wilayah Palestina yang diduduki terus berlanjut.

Langkah sementara yang diperintahkan Mahkamah Kejahatan Internasional, menurutnya,  untuk mencegah tindakan genosida dan mengamankan bukti kejahatan yang dilakukan di Gaza masih belum terpenuhi. Pendapat penasihat mahkamah yang inovatif menyatakan pendudukan zionis Israel melanggar hukum dan merupakan segregasi rasial dan apartheid.

Resolusi Majelis Umum PBB yang didukung luas negara-negara anggota memberikan tenggat waktu bagi zionis Israel untuk mundur, membongkar pendudukan, permukiman, dan eksploitasi sumber daya alam Palestina, harus ditegakan, tanpa harus menunggu tenggat 17 September 2025.

Piagam PBB dan instrumen hak asasi manusia universal harus tetap menjadi pedoman semua orang. “Saya percaya, sebagian besar negara akan menyelaraskan kebijakan mereka dengan prinsip-prinsip dasar ini, sehingga kita dapat bergerak maju di momen eksistensial ini. Baik bagi Palestina maupun rakyat Israel, serta bagi integritas tatanan hukum internasional itu sendiri,” paparnya.

Ia berharap, pada konferensi darurat, ini negara-negara akan menyetujui beberapa tindakan. “Tidak masalah beberapa tindakan. bisa berupa satu atau dua tindakan konkret, untuk membawa perubahan yang berarti bagi rakyat Palestina,” tukasnya, lantas merapikan rambutnya sekejap.

Ia melanjutkan ucapannya. “Komunitas internasional berutang kepada mereka. Terakhir, saya ingin membahas dan bersedia menjawab pertanyaan terkait temuan yang diajukan dalam laporan terakhir saya, yang telah mengungkap ekonomi pendudukan, yang telah dibangun dan dipertahankan zionis Israel selama 57 tahun atas sisa-sisa Palestina bersejarah, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem, yang telah berubah menjadi ekonomi genosida…”

Alvin, wartawan yang hadir bertanya perihal sanksi pemerintah AS kepadanya. Albenese mengatupkan bibirnya, matanya memandang tajam. “Ini tindakan yang sangat serius. Belum pernah terjadi sebelumnya, dan mereka menanggapinya dengan sangat serius. Jelas, hal ini merupakan pelanggaran yang jelas terhadap konvensi PBB tentang hak istimewa dan kekebalan yang melindungi pejabat PBB, termasuk para ahli independen, dari perkataan dan tindakan yang diambil dalam menjalankan fungsi mereka.”

Sanksi tersebut, menurut Albense, merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan AS menghadapi ICJ (International Court of Justice) jika ada satu negara anggota yang membawa kasus ini ke pengadilan.

Ia melanjutkan, “Saya tidak ingin negara-negara anggota mengalihkan perhatian mereka dari apa yang seharusnya mereka lakukan saat ini. Mengakhiri genosida di Gaza. Inilah yang penting. Lalu,  mengakhiri pembersihan etnis Palestina yang sedang berlangsung dengan kecepatan luar biasa.”

Beberapa gestur Francesca Albanese selama dialog dengan wartawan Bogota | khas

Kita Tak Boleh Berdiam Diri

Albanese memaparkan dengan gayanya berekspresi melalui gestur jemarinya yang khas. “Lihat, serangan-serangan ini, sanksi-sanksi ini. Apa yang telah terjadi sebelumnya, tidak harus dilihat sebagai serangan yang ditujukan kepada saya secara pribadi. Ini justru merupakan peringatan bagi siapa pun yang berani membela hukum internasional dan hak asasi manusia, keadilan, dan kebebasan.”

Ia melanjutkan, “Saya pikir dalam menghadapi hal ini, kita tidak boleh berdiam diri. Saya tahu saya tidak sendirian. Di saat yang sama, izinkan saya katakan, saya benar-benar merasakan dan sangat tersentuh oleh solidaritas orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang mengatakan bahwa kami mendukung Anda.”

Albenese senyum dan bertanya kepada sang wartawan, “Apa artinya? Apakah Anda khawatir? Ma’af. Apakah Anda berjalan sebagai pasukan pejuang moral di belakang saya atau Anda hanya bersembunyi dan menyatakan dukungan terbaik, yang dapat Anda lakukan untuk berkontribusi mengakhiri genosida ini yang memiliki jejak jejak kami? Jadi inilah mengapa saya mengatakan berterima kasih kepada semua orang yang menyatakan solidaritas dan dukungan. Ini bukan tentang saya. Ini tentang rakyat Palestina yang mengalami genosida dan diusir dari tanah mereka.”

Santiago, wartawan lain bertanya ihwal apa langkah berikut dalam tindakan efektif yang ‘memecah kesunyian yang akan dibicarakannya di forum konferensi darurat.

“Ya, saya berbicara tentang ‘membuka jalan’ untuk memecah kesunyian, karena kita berada di level ini. Komunitas internasional selalu terlibat dalam retorika. Telah terjadi kecaman terhadap perluasan permukiman, pembunuhan di luar hukum, kasus-kasus penangkapan, penahanan, dan penyiksaan yang menonjol selama bertahun-tahun, bahkan beberapa dekade telah menjadi bentuk-bentuk hukuman kolektif lainnya yang telah memengaruhi rakyat Palestina,” jawabnya.

Saat ini, kata Albense, kita melihat impunitas, retorika yang hanya tinggal retorika tanpa diikuti tindakan nyata.

“Kita melihat impunitas kini mengarah pada realitas saat ini yang apokaliptik bagi rakyat di Gaza, tetapi juga bagi seluruh kamp pengungsi di Tepi Barat yang telah diserbu.  Seluruh Lembah Yordan telah dikosongkan dari kehidupan warga Palestina,” paparnya kemudian.

Seorang anak lelaki di reruntuhan pemukiman yang menjadi sasran gempuran zionis Israel | aljazeera

Sanksi harus Dijatuhkan kepada Zionis Israel

Ia mengungkap, ribuan komunitas tinggal di sana, dan kekerasan pemukim terus berlanjut. Banyak anggota komunitas internasional khususnya, telah terdiam, tetapi tidak hanya dari belahan dunia tempat saya berasal ( maksudnya Italia, Eropa).

“Jadi, pertama-tama mereka harus sadar dan bersuara. Ini tidak dapat diterima. Ini bukan sekadar serangan genosida terhadap rakyat Palestina yang memiliki jejak jejak kita semua. Ini adalah sesuatu yang benar-benar mengikis sistem multilateral yang kita ikuti,” lanjutnya.

Maka, kata Albenese, tentu saja tindakan harus diambil. Sanksi harus dijatuhkan kepada zionis Israel. Ini mengejutkan negara-negara anggota (PBB) yang selama bertahun-tahun telah berargumen, bahwa ini tentang koloni, dan ini tentang memboikot, atau memberikan sanksi terhadap permukiman dan kekerasan pemukim.

“Saya berharap ini telah dilakukan sebelumnya, tetapi sekarang kita perlu memahami apa yang terjadi. Apa yang saya ungkapkan dalam laporan terakhir saya adalah  zionis Israel sebagai sebuah negara, kebijakannya dan kepentingan ekonominya sepenuhnya terkait dengan kepentingan koloni,” urai Albenese.

Perempuan cerdas berambut tergerai ini, lantas mengatakan, “Jadi inilah mengapa sanksi harus dijatuhkan kepada zionis Israel. Dan tentu saja harus ada juga tindakan individual yang diambil terhadap para pemimpin zionis Israel yang paling ekstrem atau lainnya yang menunggu pertanggungjawaban, karena para pemimpin zionis Israel dan lainnya yang telah melakukan kejahatan. Perlu diadili di tingkat nasional.”

Dikatakannya, ada banyak negara dengan yurisdiksi universal atau di pengadilan pidana internasional. “Jadi sekali lagi, ada banyak hal yang perlu dilakukan, tetapi secara konkret, saya pikir sangat wajib untuk tidak menunda embargo senjata lebih lanjut,” tegasnya.

Aksentuatif ia katakan, “Ini kewajiban internasional. Bukan amal, bukan tindakan solidaritas. Embargo senjata dan berhenti mentransfer sumber energi lain yang dapat menjadi bubuk mesiu untuk mendukung kejahatan zionis Israel. Ini baru permulaan.”

Dia melanjutkan lebih khas, “Langkah konkret terakhir yang saya ajukan, terutama negara-negara yang memiliki pelabuhan di Laut Mediterania perlu mengirim kapal. Bukan armada yang diorganisir oleh individu-individu yang terpuji. Tetapi tidak menghilangkan tanggung jawab negara-negara anggota.”

Jadi? “Sudah saatnya negara-negara anggota yang memiliki pelabuhan di Laut Mediterania menyediakan dokter, perawat, dan keahlian lainnya, makanan dan obat-obatan, termasuk susu formula bayi yang diperlukan agar orang-orang tidak kelaparan. Tentu saja, perlu kehadiran pasukan pelindung, tetapi sekali lagi, satu per satu,” tegasnya. | tique, jeanny, haedar

Posted in LITERA.