Puisi Puisi Wina Armada Sukardi

Wina Armada, jurnalis, pengacara, kritikus film, adalah juga penyair dengan perspektif khas. Belakangan hari, Wina menulis puisi-puisi yang terinspirasi dari berbagai benda yang dapat terlihat dan tersentuh dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa puisi tersebut diturunkan dalam kesempatan ini. Silakan menikmati | Redaksi

PELURU

Dekapan mentari dan rembulan menetaskan peluru.

Bak cahaya bulan peluru menghadirkan rasa sejuk menghadapi seragan bandit.

Ibarat terik matahari peluru mendatangkan panas membara buat menindas.

Dor! Dor! Dor!

Peluru meruntuhkan pertahanan berbagai bangsa

di bawah penjajahan

Sang penakluk melantaskan angan merampas kekayaan anak jati

memperkosa gadis-gadis mekar jellita

membangun kejayaan kerajaan penindas.

Peluru menjadi alat kebengisan dan keserakahan.

 

Dor! Dor! Dor!

Penjahat lari tulang langgang

ditembak penegak hukum

peluru menjaga keamanan dan ketertiban umum

Peluru pelindung kebuasan penjahat.

 

Dor! Dor!

Peluru bukti mati yang amat berbicara

serbuk peluru menguak misteri di balik peristiwa

alur peluru menujuk ke arah tanda pelaku tersembunyi.

 

Tembakan peluru di tangan bani adam mengarah ke hati

mamfaat atawa mudarat  ada di detak nurani *

 

Jakarta, 8 Juni 2023

 

STEMPEL

Di mintakat nan terik mencekik nafas

legian  pengusaha dan penguasa saling bertatapan kelu

Mereka ganar di sekujur tubuh

ada tera stempel berdarah-darah.

 

Sejamaknya stempel biasa  dibuat   dengan cepat  dan murah

setelah berbentuk   stempel melangit  pertanda pengesahan kekuasaan

Cap stempel menunjukkan  saudagar memenangkan tender pekerjaan

Para juragan memerlukan stempel agar menadah kucuran pencaharian

Stempel mengesahkan pengangkatan pembesar

Segala petinggi sebelum mencantumkan jabatan mendambakan stempel.

 

Stempel  membuktikan status hukum  antara  orang merdeka dan terpidana

 

Stempel tetiba mampu berubah menjadi lambang  kekuasaan yang garib

Memperolehnya terkadang harus memakai upeti

Pejabat pemangku kekuasaan memerlukan saweran berlimpah agar sudi memberi  stempel di surat keputusan.

Harga stempel keadilan penegak hukum bolehlah ditawar-tawar.

 

Stempel menjelma menjadi mobil-mobil gemerlap dan rumah -rumah mewah

Stempel mengantarkan pemegangnya sampai ke dunia cekikikan sumbang   tempat tidur

Stempel menyalurkan dana-dana haram ke partai politik.

Manakala pengusaha dan penguasa jumpa di sel penjara

mereka terpantau penaka tikus rakyat pengerogot kue negara

 

Kiwari   gementar menatap stempel yang dulu begitu mereka sombongkan.

 

Saat di zaman barzah mereka ditanya apakah memiliki stempel kebaikan

seluruh stempel yang dibawa hanya stempel tulang berduri tajam  yang tintanya berasal darah sendiri

bercampur keringat rakyat yang pernah  dihisap.

 

Jikalau sebelumnya menyadari stempel yang dikuasai dapat membawa  kenikmatan tiada berbatas waktu

ingin rasanya  orang-orang itu kembali   beberapa menit saja untuk mencap stempel kemaslahatan.

 

Di setiap kalbu manusia lahir tera stempel  bukti rincian  buku jiwa. *

 

Pasar Modern Bintaro, 29 Mei 2023

 

KIPAS ANGIN

 

Kipas angin tak lagi seluruhnya  menghembuskan angin

Sutradara film Nyak Abbas Acub sudah lama membisikkan kipas-kipas justeru mencari angin.

 

Kipas angin  terang-terangan menafikan kegunaaan utamanya menyejukkan

Kipas angin tak lagi merasa perlu berbakti memberi angin kemanfaatan.

 

Kipas angin mengaku tak mau  selamanya memberi

Kipas  angin tak sudi lagi selalu berbagi angin

Kipas angin ingin bertukar  tempat meski  banyak yang mengecam tak patut.

 

Kipas angin kemana-kemana merengek  mencari angin

Kipas angin bermimpi mendapat pemberian angin

Kipas angin seakan berkata, aku melihat lingkungan:

Mereka yang seharusnya mengabdi justeru minta dilayani

Mereka yang wajib meningkatkan kemakmuran masyarakat

justeru minta diberi upeti dan fasilitas bebas bayar

Mereka yang dilahirkan perempuan justeru ingin bercinta dengan sesama jenis

Mereka yang tertanda  pejantan justeru menjadi pemuas kaum lelaki

Mereka yang melimpah harta  yang seharusnya menyalurkan rejekinya ke kaum papa justeru

memeras rakyat jelata

 

Kipas angin telah muak hanya selalu memberi angin

Kipas angin berangan hendak beralih kedudukan menjadi penampung angin.

Kipas  pencari angin terhembus dari nafas diri

Kita   merasa pandai melakukan kebaikan

tapi tak pandai merasa menerima kebaikan.

Kita cerdas  menilai kenikmatan orang

tapi   tak cerdas menilai  kenikmatan sendiri.

 

Buta hati tak tahu mematut diri

menggelapkan  keadaban

 

Kita didorong angin dari kipas   mengambil posisi terbalik dari kelaziman  hukum alam : menuju kufur nikmat.*

 

Jakarta, 30 Mei 2023

 

 

ONDEL ONDEL

Jelang ulang tahun Jakarta 2023

 

Oh, balada ondel-ondel !

Dari pahlawan tenar mandraguna  menjadi pesakitan yang terlunta-lunta.

 

Ondel-ondel masih terus menari di jalanan

padahal rohnya telah lama lenyap

Arwahnya berjalan

menyelusuri gang-gang kumuh Jakarta

penuh duka sambil menangis keras tanpa terdengar.

Tuahnya tersungkur di kesombongan gedung gedung berlapis pengejek langit

 

Ketika jiwanya masih  perkasa mencengkram

seantero tanah

Betawi

ondel-ondel dijadikan pamungkas melawan segala malapetaka.

 

Di rumah-rumah ondel-ondel masih dirawat sebagai aji penolak bala

di ujung-ujung jalan ondel-ondel diandalkan membidas  serangan  petaka.

Pada kala itu ondel-ondel perlambang kesaktian tiada tara

Ondel-ondel petunjuk kehormatan.

 

Oh, balada ondel-ondel!

Ondel-ondel masih berjoget  di keramaian

tapi batinnya telah sirna.

Air matanya membanjir tapi tak terlihat.

 

Ondel-ondel yang kini masih terus bergoyang

adalah rangka  yang bergerak tanpa jiwa

tak manjur melawan apapun

tak kuasa menentang arus hitungan kebendaan

 

Ondel-ondel berpaling haluan  pertanda kemelaratan

Tubuh kusamnya dipakai untuk alat mengemis.

 

Betapa sukma ondel-ondel di  khayangan

nyeri nian

menjerit-jerit tak kuasa menahan derita

Betapa warga kerap balela ondel-ondel menggganggu warga.

Banyak perumahan  (apalagi di masa pandemi covid)

di pintu gerbangnya sengaja menulis:

“Ondel-ondel, pemulung dan pengemis dilarang masuk!”

Tidakkah mereka faham, kharisma ondel-ondel sebelumnya melawan penyakit?!

 

Ondel-ondel telah berganti peran menjadi cermin kemunafikan

Ondel-ondel masih dipajang di jawatan -jawatan resmi Jakarta

tapi cuma jadi penghias ruangan

yang sukmanya sudah tak diperhitungkan

dan jasadnya disiksa buat meminta-minta .

 

Dulu onde-ondel utusan  hati masyarakat yang bersih

memiliki daya sihir melindungi dari angkara murka.

 

Pertunjukan  ondel-ondel kini hanyalah tampilan  kebendaan yang  semata mencari keuntungan sesaat

tidak lagi meluhurkan  makna satria di balik fisik.

 

Oh, balada  ondel-ondel!*

 

IKEA, Kota Tanggerang, 4 Juni 2023

 

SAMPAH

 

Dilempar  memakai sampah  merupakan penistaan luar biasa

Memjadi sampah  kehilangan   hak kemanusiaan.

 

Kotor, bau dan bergelimang  bibit penyakit

siapakah yang  menyukai sampah?

 

Semua cendala pastilah sampah

Nyaris tak ada yang baik dari sampah.

 

Orang  berkepastian, masuk sampah keluarpun  sampah.

Kita sama-sama membenci sampah

 

Semampang  kau terbukti korupsi dan atau zholim

muka dikau bersulih menjadi sampah

menjijikan penuh kecoa, belatung dan cacing

Tubuh kau bakal mendadak menjadi setengah tikus.

Kau yang melumangkan sampah malah menjdi sampah.

 

Kemewahan melimpah tak lagi berarti

Bahkan keharuman yang  dilakukan sirna sudah

 

Sampah haruslah disembunyikan dan dibuang.

Ih, itu manusia sampah lewat

Uh, bau manusia sampah

Jangan biarkan dia boleh lewat

kubur saja manusia sampah ke dalam

sampah.

Disana kau bakal hidup seumur hidup bersama meluah.*

 

Jakarta, 7 Juni 2023

Posted in LITERA.